Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat. Sektor perkebunan kelapa sawit, sebagai salah satu penghasil devisa terbesar negara. BPDPKS, sebagai lembaga yang mengelola dana perkebunan kelapa sawit, memiliki peran dalam menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan lingkungan. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam upaya Indonesia mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara.
Daftar ISI
Peran BPDPKS dalam mencapai Target Net Zero Emission
1. Mendorong Produksi BIODIESEL
BPDPKS aktif mendukung program mandatori biodiesel nasional. Pada tahun 2022, realisasi penyaluran biodiesel mencapai 10,15 juta kiloliter, yang berkontribusi pada pengurangan emisi CO2 sebesar 27,1 juta ton.
- Program: BPDPKS mendukung penggunaan biodiesel, terutama B20 dan B30, sebagai awal transisi energi bersih di Indonesia. Ke depannya, BPDPKS berfokus pada pengembangan biodiesel B100 yang 100% berbahan baku minyak kelapa sawit (CPO).
- Penerapan:
- B20 dan B30 digunakan secara luas untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Data Kementerian ESDM menunjukkan, pada tahun 2020, penggunaan B20 dan B30 mengurangi emisi CO2 hingga 29,6 juta ton.
- B100 menawarkan potensi besar dengan pengurangan emisi CO2 hingga 78% dibandingkan dengan solar konvensional. Program ini memperkuat ketahanan energi domestik dan mendorong industri kelapa sawit.
- Dampak: Implementasi B100 dapat mengurangi impor bahan bakar fosil, mengurangi emisi GRK.
2. Sistem dan Teknologi Informasi Penyaluran BIODIESEL
- Program: BPDPKS mengembangkan platform berbasis teknologi informasi yang memfasilitasi verifikasi dan pemantauan distribusi biodiesel di Indonesia melalui situs program-biodiesel.bpdp.or.id.
- Penerapan:
- Situs ini digunakan memverifikasi penyaluran biodiesel, memungkinkan permintaan pembayaran insentif dari produsen biodiesel, serta menyediakan sistem monitoring real-time.
- Dengan data yang dikumpulkan secara terintegrasi, proses menjadi lebih cepat, transparan, dan efisien, mendukung pengambilan keputusan yang lebih tepat dalam pengelolaan biodiesel.
- Dampak: Sistem ini meningkatkan transparansi, efisiensi, dan pengawasan dalam penyaluran biodiesel, yang sangat penting untuk keberhasilan program transisi energi bersih.
3. Riset dan Pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan
BPDPKS mengalokasikan dana untuk riset dan pengembangan teknologi ramah lingkungan dalam industri kelapa sawit. Fokus riset ini mencakup pengembangan teknologi pengolahan limbah sawit menjadi energi terbarukan seperti biogas dan biomassa.
- Program: BPDPKS mengalokasikan dana untuk riset dan pengembangan teknologi ramah lingkungan yang mendukung sektor kelapa sawit dan energi terbarukan. Pada 2022, dana riset mencapai Rp 89,7 miliar.
- Penerapan: Beberapa inovasi riset yang didanai BPDPKS antara lain:
- Produksi Biohidrokarbon: Mengubah minyak sawit menjadi biohidrokarbon melalui proses hidrofining, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
- Bio-avtur untuk Penerbangan: Riset untuk mengembangkan bioavtur dari minyak sawit sebagai bahan bakar pesawat terbang.
- Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa: Pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk menghasilkan energi listrik melalui pembangkit biomassa.
- Replanting dan Limbah : Meningkatkan produktivitas lahan sawit, mengurangi tekanan untuk pembukaan lahan baru. Mengubah limbah kelapa sawit menjadi biogas yang dapat digunakan untuk pembangkit listrik atau bahan bakar kendaraan.
- Sistem Pemantauan Emisi: Mengembangkan teknologi pemantau emisi secara real-time, menggunakan sensor dan perangkat lunak.
- Dampak: Teknologi-teknologi ini berkontribusi pada pengurangan emisi, pemanfaatan sumber daya, dan menciptakan solusi berkelanjutan yang mendukung transisi menuju NZE.
Kontribusi BPDPKS pada Penerimaan Negara
1. Pungutan Ekspor
BPDPKS berperan dalam mengelola pungutan ekspor dari industri kelapa sawit. Pada 2022, total pungutan ekspor mencapai Rp 68,8 triliun. Program hilirisasi, BPDPKS mendorong peningkatan nilai tambah produk sawit. Pada 2022, ekspor produk sawit olahan tercatat mencapai US$ 39,36 miliar. Program hilirisasi ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan baku mentah, serta memperkuat posisi Indonesia dalam pasar internasional.
2. Penghematan Devisa
Melalui program biodiesel, BPDPKS turut memberikan kontribusi besar dalam penghematan devisa negara. Pada 2022, penghematan devisa yang dihasilkan dari biodiesel diperkirakan mencapai US$ 9,31 miliar. Dengan menggantikan bahan bakar fosil dengan B100, BPDPKS mengurangi kebutuhan impor bahan bakar, yang langsung berdampak pada penghematan devisa.
Tantangan dan Strategi Ke depan
Tantangan terbesar BPDPKS dalam mencapai target Net Zero Emission adalah mengintegrasikan rantai pasokan kelapa sawit dengan teknologi rendah emisi, mulai dari budidaya hingga pengolahan. Hal ini memerlukan komitmen dan dukungan kuat dari berbagai kepentingan, termasuk pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat petani.
- Meningkatkan efisiensi produksi biodiesel dengan teknologi yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan, seperti pemanfaatan katalis baru dan peningkatan skala produksi yang dapat mengurangi biaya operasional.
- Mengembangkan Teknologi untuk NZE: BPDPKS perlu mendorong inovasi dalam sektor kelapa sawit yang mendukung pencapaian target NZE, seperti pengembangan biodiesel ramah lingkungan dan pengurangan emisi dari kegiatan industri.
- Pengolahan Limbah Sawit: Mendorong dalam pengolahan limbah kelapa sawit menjadi produk bernilai tambah, seperti biohidrokarbon dan energi terbarukan, yang dapat mengurangi emisi dan meningkatkan ketahanan energi domestik.
Kesimpulan
BPDPKS memiliki peran krusial dalam target Net Zero Emission Melalui program strategis seperti mandatori biodiesel, replanting, dan riset. BPDPKS berada di jalur yang tepat untuk menjadi penggerak utama dalam transisi menuju masa depan rendah karbon di Indonesia. Komitmen ini akan mendukung tercapainya target NZE, memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin global dalam pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan.